
Foto : Foto: Gedung Meseum Omah Munir Pejuang (HAM)Di Kota Batu Jatim, Mangkrak.
Batu, Mediakpk.com || Dikutif dari beberapa sumber informasi, pahlawan Ham Kontras nama Munir Said Thalib yang sangat getol memperjuangkan penegakan HAM sejak masa Pemerintahan Orde Baru. Secara biografi nama Munir selalu terpatri sebagai sosok pejuang aspirasi Hak Asasi Manusia yang cukup tersohor hingga sampai luar Negeri.
Munir Said Thalib kelahiran Malang Jatim 8 Desember 1965, sejak masuk di Perguruan Tinggi yang cukup Ternama di kota Malang, sang pejuang Hak Asasi Manusia itu mengambil jurusan Fakultas Hukum,S1. Dalam menempuh kuliah itu, Munir terlalu banyak menghabiskan waktunya bersama beberapa rekannya sangat aktif berorganisasi bergabung di Himpunanan Mahasiswa Islam (HMI), juga berlanjut mendirikan komisi untuk orang hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras).
” Munir Said Thalib ketika merasuki sebagai pejuang HAM dengan kesadaranya dan jiwanya selalu termotifasi pada Rezim Orde Baru waktu itu, banyak pelanggaran-pelanggaran HAM di Indonesia berdasarkan perintah dari penguasa yang otoriter. Semenjak peristiwa-peristiwa pelanggaran HAM, Munir sudah berani bersuara lantang demi membela pihak -pihak pencari keadilan,”kata Suci Wati, Selasa (6/6/23).
Dari kegiatanya sebagai aktivis HAM, Munir Said Thalib sudah banyak kasus -kasus yang ditanganinya seperti, kasus hilangnya 24 aktivis dan mahasiswa di Jakarta pada 1997 dan 1998, kasus Tanjung Priok 1984 – 1998 dan penembakan Mahasiswa dalam tragedi Semanggi I dan Semanggi II, serta pembelaan
Pahlawan buruh Marsinah yang tewas pada tahun 1993 silam,”uangkapnya.
Berlanjut, Munir Said Thalib waktu itu tahu-tahunya ada informasi meninggal dunia akibat diracun,yang rencana terbang ke negara Belanda. Dengan meninggalkan sang istri dan kedua anaknya.
Selama meninggalnya Sang Suaminya, Suciwati terus berjuang menuntut Pemerintah agar mengungkap sebagai aktor intelektual pembunuh sang suaminya.
Dia juga mendirikan Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia Indonesia, Imparsial.
Namun penyelesaian kasus Munir yang terjadi sejak 7 September 2004 hingga kini belum sepenuhnya terungkap. Suciwati Istri Munir dan sejumlah aktivis HAM tak lelah berjuang, menuntut pemerintah agar mengungkap sosok aktor intelektual di balik tewasnya sang aktivis pejuang HAM itu.
“Dengan adanya tekanan dan dorongan banyak pihak yang getol memperjuangkan aspirasi Pahlawan Perjuangan Hak Asasi Manusia dan Komisi Kekerasan Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras). Akhirnya Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Jatim dan Pemkit Batu, sangat merespon dan mendukung gagasan membangun Museum Omah Munir untuk didirikan di Kota Batu Jatim.
Dan terwujudlah pembangunan Meseum Pejuang Aktivis HAM,dan proses awal pembangunan peletakan batu pertama disesuaikan tepat dengan hari kelahiran Sang Pejuang HAM Munir Said Thalib pada akhir tahun 2019 Gedung Meseum Omah Munir itu, berada di Kelurahan Sisir Kecamatan Batu Kota Batu Jatim, pembangunan Meseum Omah Munir itu sendiri, menelan biaya pembangunanya kurang lebih 10 miliar. Dana yang bersumber dari Pemprov Jatim,” urai Suciwati istri almarhum Munir Said Thalib.
“Tuntasnya Pembangunan Gedung Meseum Munir di kota Batu, memunculkan pertanyaan banyak pihak. Pasalnya, paska pembangunan Meseum Munir itu selesai sampai saat ini belum ada kejelasan yang signifikan untuk difungsikan sebagaimana mestinya sesuai perencanaan awal dan fungsi penggunaanya Meseum Munir tersebut.
Alih-alih pembangunan Meseum Munir itu, sudah difungsikan atau sepertinya ada kegiatan maupun aktivitas dalam keseharianya.Tetapi faktanya terbalik,justru status Gedung Meseum Munir itu hingga sampai saat ini belum ada penyerahan secara resmi dari Pemerintah Propinsi Jatim maupun dari Pemerintah daerah kota Batu kepada pihak yang berhak menempati atau mengelolanya di Gedung Museum Munir itu.
“Disinyalir justru Gedung Meseum Munir itu, menuai persoalan di internal antara Pemkot Batu dan pihak Pejuang HAM (Kontras), hingga sampai pihak istri Almarhum Munir Said Thalib melakukan guguatan atau Somasi kepada Pemkot Batu. Bertujuan menuntut kejelasan dan fungsi Gedung Meseum Munir yang awalnya diperuntukan khusus kegiatan yang berkaitan dengan edukasi sosial kemanusian Hak Asasi Manusia (HAM) dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras)yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sampai kapanpun,”singkatnya (Wn).